Sabtu, 21 Desember 2013

emas sebagai alat investasi

Fungsi emas dahulu kala di gunakan sebagai bentuk uang, setidaknya hal ini terjadi sejak era 500 SM (Sebelum Masehi) sampai dengan era Breton Woods System tahun 1971. Selama periode itu emas banyak di pakai baik itu oleh individu dan negara sebagai persediaan nilai atas asset. Sejak Bretton woods System berakhir tahun 1971 emas telah berubah dari fungsi utama yg biasa di pakai dahulu sebagai bentuk mata uang. Sampai saat ini emas masih tetap menjadi pilihan favorit sebagai tempat "berlindung" untuk asset yang cukup aman pada masa - masa krisis.

Emas sebagai Asset Kekayaan

Emas dan beberapa logam mulia lainnya adalah asset kekayaan yang nyata dan mudah sekali di cairkan (di perjual belikan) tidak seperti aset dalam bentuk Properti, walaupun sama - sama asset yang nyata akan tetapi asset dalam bentuk properti sangat susah sekali di perjual belikan. di satu sisi ada asset kekayaan dalam bentuk saham ataupun obligasi yg sangat mudah di perjual belikan akan tetapi asset ini tidaklah se-nyata asset kekayaan dalam bentuk emas baik itu emas batangan (Gold Bars) ataupun emas koin (Gold Coins). Karena tinggi density (berat jenis) & nilai per satuan masaa emas, tidaklah mengherankan jika peyimpanan & pengangkutan emas sangat lah mudah, selain itu emas juga tidak mudah rusak karena faktor alam seperti korosi dan lain lain. Pada saat ini terdapat beberapa logam yg memiliki satuan berat jenis yg jauh lebih padat ketimbang, dengan nilai yg lebih murah, seperti silver, tembaga, baja dll. Beberapa kalangan berpendapat emas layak mendapat "tempat" yang istimewa atas pertimbangan nilai kebudayaan dan fungsi sebagai bentuk uang, sedangkan kalangan yang lain menganggap emas tidak lebih hanya sekedar komoditi seperti tembaga, timah, dll.

Tujuan Membeli emas

Beberapa investor cenderung untuk membeli emas tapi tidak pernah mau menyimpan emas tsb dalam bentuk fisik, melainkan cukup dengan jalan di simpan di bank atau bisa juga hanya berbentuk sertifikat kepemilikan . Motivasi yang sama juga di lakukan oleh mereka yg cenderung merasa lebih aman untuk memegang emas fisik ketimbang dalam bentuk yg lain.

strategi pengalokasian aset dalam bentuk emas yg biasa di pakai oleh para fund manager saat ini sudah sangat jarang sekali di lakukan, mungkin para fund manager tetap mengalokasikan beberapa aset mereka ke dalam bentuk emas dengan tujuan yg tidak lain hanyalah sebagai alat lindung nilai (atau bisa juga hanya sebagai asuransi) jika suatu saat terjadi hal-hal yang tidak di inginkan, yang mengakibatkan penurunan nilai atas investasi mereka.

Kadang kala emas dianggap sebagai mata uang ke lima di dunia selain mata uang utama dunia lainnya seperti US Dollar, Japanese Yen, Pound Sterling, Euro. Karena faktor psikologis inilah akhirnya keluar analogi bahwa emas bisa juga sebagai spekulasi mata uang, sebagai ilustrasi misalkan ada seorang investor menilai bahwa USD dalam waktu dekat akan cenderung tertekan terhadap mata uang kuat dunia lainnya, maka investor yg memiliki ketergantungan akan USD yang sangat tinggi (baik itu personal maupun corporate) akan cenderung melakukan converting asset nya dari USD ke mata uang kuat lainnya atau bisa juga ke dalam bentuk emas, dan akan melepas emas yang mereka jika merasa keuntungan (capital gain) sudah di dapat, selain itu ada juga tipikal investor atau spekulator yg cenderung hanya memprediksi harga emas dalam periode waktu tertentu, melihat arah trend pasar dan melakukan pembelian jika merasa bahwa harga emas dalam kurun waktu yg telah di prediksikan akan cenderung terus naik.

Selama berabad - abad emas tetap di percaya sebagai alat yg ampuh untuk menyimpan kekayaan. beberapa orang mempercayai bahwa dengan membeli emas mereka dapat mempertahankan nilai kekayaan yang mereka miliki dalam jangka waktu panjang dan melindungi kekayaan dari kemungkinan adanya penyusutan nilai yang di sebabkan oleh inflasi. Para individu ini percaya bahwa peristiwa tertentu seperti perang, krisis ekonomi dll, dapat menjadi pengaruh yg buruk terhadap investasi mereka baik itu jangka pendek sampai jangka panjang.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Efek Blog